Wow!!!! Kisah Rasul Yang Duduk dekat Kuburan Ummu Kultsum Dengan Meneteskan Air Mata
UMMU Kultsum adalah adik Ruqayyah ra, putri Rasulullah SAW. Ia menikah dengan Utaibah bin Abu Lahab, saudara Utbah yang telah menikahi Ruqayyah, sebelum mereka mengenal Islam.
Lalu ketika Rasulullah SAW telah diangkat menjadi Nabi, ia dan saudara-saudaranya masuk Islam dengan lapang dada. Dan dakwah Nabi SAW yang selalu ditentang oleh Abu Lahab beserta keluarganya ini, menyebabkan Allah telah mewahyukan kepada Nabi SAW. Firman-Nya yang berbunyi, “Maka celakalah kedua tangan Abu Lahab,” (Al-Lahab: 1).
Setelah turun ayat ini, Abu Lahab berkata kepada Utaibah anaknya, “Kepalaku tidak halal bagi kepalamu selama kamu tidak menceraikan putri Nabi.”
Maka dia pun menceraikan istrinya, Ummu Kultsum begitu saja. Utaibah mendatangi Nabi SAW dan mengatakan kata-kata yang menyakitkan hati Rasulullah SAW.
Atas perlakuan itu, maka Rasulullah SAW telah berdoa kepada Allah SWT, agar mengirimkan anjing-anjing-Nya untuk membinasakan Utaibah. Dan apa yang telah didoakan oleh Nabi SAW terhadap Utaibah itu benar-benar terjadi. Subhanallah.
Dalam suatu perjalanan, seekor singa yang ganas telah memilih Utaibah di antara teman-temannya untuk diterkam kepalanya. Utaibah mati dalam kondisi yang sangat mengerikan.
Setelah bercerai, maka Ummu Kultsum kembali tinggal bersama Rasulullah SAW di Mekkah. Dia ikut hijrah ke Madinah ketika Rasulullah SAW juga hijrah, kemudian tinggal di sana bersama keluarga Rasulullah SAW. Ruqayyah dan Ummu Kultsum adalah dua orang saudara yang perjalanan hidup mereka hampir sama.
Mereka berdua terlahir dari bapak yang sama, ibu yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya memiliki arti yang sama; Utbah dan Utaibah, memiliki mertua yang sama, masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan setelah perceraian itu, mereka memiliki suami yang sama pula.
Ketika Ruqayyah meninggal dunia, maka Utsman bin Affan ra menikahi Ummu Kultsum yang masih perawan yang belum terjamah oleb Utaibah. Pada waktu itu, tepat nya bulan Rabi’ul-Awwal, tahun ke-3 Hijriyah. Dan keduanya baru berkumpul pada bulan Jumadits-Tsani. Mereka hidup bersama sampai Ummu Kultsum meninggal dunia tanpa mendapatkan seorang anak pun.
Ummu Kultsum meninggal dunia pada bulan Sya’ban tahun ke-9 Hijriyah. Rasulullah SAW berkata, “Seandainya aku memiliki sepuluh orang putri, maka aku akan tetap menikahkan mereka dengan Utsman.”
Ummu Kultsum adalah seorang wanita yang cantik. Ia senang memakai jubah sutra yang bergaris. Pada hari wafatnya, jenazahnya telah dimandikan oleh Asma’ binti Umais dan Shafiah binti Abdul Muthalib. Jenazahnya ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat dari batang pohon palem yang baru dipotong.
Dan pada saat penguburannya, Rasulullah SAW duduk di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan berlinangan air mata. Ia berkata, “Siapa di antara kalian yang tidak bercampur dengan istrinya tadi malam?”
Abu Thalhah ra berkata, “Aku, ya Rasulullah SAW.”
Lalu beliau menyuruhnya, “Turunlah kamu.”
Maka Abu Thalhah turun dan menguburkan Ummu Kultsum ra.
Lalu ketika Rasulullah SAW telah diangkat menjadi Nabi, ia dan saudara-saudaranya masuk Islam dengan lapang dada. Dan dakwah Nabi SAW yang selalu ditentang oleh Abu Lahab beserta keluarganya ini, menyebabkan Allah telah mewahyukan kepada Nabi SAW. Firman-Nya yang berbunyi, “Maka celakalah kedua tangan Abu Lahab,” (Al-Lahab: 1).
Setelah turun ayat ini, Abu Lahab berkata kepada Utaibah anaknya, “Kepalaku tidak halal bagi kepalamu selama kamu tidak menceraikan putri Nabi.”
Maka dia pun menceraikan istrinya, Ummu Kultsum begitu saja. Utaibah mendatangi Nabi SAW dan mengatakan kata-kata yang menyakitkan hati Rasulullah SAW.
Atas perlakuan itu, maka Rasulullah SAW telah berdoa kepada Allah SWT, agar mengirimkan anjing-anjing-Nya untuk membinasakan Utaibah. Dan apa yang telah didoakan oleh Nabi SAW terhadap Utaibah itu benar-benar terjadi. Subhanallah.
Dalam suatu perjalanan, seekor singa yang ganas telah memilih Utaibah di antara teman-temannya untuk diterkam kepalanya. Utaibah mati dalam kondisi yang sangat mengerikan.
Setelah bercerai, maka Ummu Kultsum kembali tinggal bersama Rasulullah SAW di Mekkah. Dia ikut hijrah ke Madinah ketika Rasulullah SAW juga hijrah, kemudian tinggal di sana bersama keluarga Rasulullah SAW. Ruqayyah dan Ummu Kultsum adalah dua orang saudara yang perjalanan hidup mereka hampir sama.
Mereka berdua terlahir dari bapak yang sama, ibu yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya memiliki arti yang sama; Utbah dan Utaibah, memiliki mertua yang sama, masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan setelah perceraian itu, mereka memiliki suami yang sama pula.
Ketika Ruqayyah meninggal dunia, maka Utsman bin Affan ra menikahi Ummu Kultsum yang masih perawan yang belum terjamah oleb Utaibah. Pada waktu itu, tepat nya bulan Rabi’ul-Awwal, tahun ke-3 Hijriyah. Dan keduanya baru berkumpul pada bulan Jumadits-Tsani. Mereka hidup bersama sampai Ummu Kultsum meninggal dunia tanpa mendapatkan seorang anak pun.
Ummu Kultsum meninggal dunia pada bulan Sya’ban tahun ke-9 Hijriyah. Rasulullah SAW berkata, “Seandainya aku memiliki sepuluh orang putri, maka aku akan tetap menikahkan mereka dengan Utsman.”
Ummu Kultsum adalah seorang wanita yang cantik. Ia senang memakai jubah sutra yang bergaris. Pada hari wafatnya, jenazahnya telah dimandikan oleh Asma’ binti Umais dan Shafiah binti Abdul Muthalib. Jenazahnya ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat dari batang pohon palem yang baru dipotong.
Dan pada saat penguburannya, Rasulullah SAW duduk di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan berlinangan air mata. Ia berkata, “Siapa di antara kalian yang tidak bercampur dengan istrinya tadi malam?”
Abu Thalhah ra berkata, “Aku, ya Rasulullah SAW.”
Lalu beliau menyuruhnya, “Turunlah kamu.”
Maka Abu Thalhah turun dan menguburkan Ummu Kultsum ra.
0 comments:
Post a Comment