Gara-gara Diet Terlalu Ketat, Wanita ini Jadi Seperti Nenek 70
Walau banyak orang yang ingin berat badan mereka turun, sebenarnya tak sedikit orang yang berharap mereka bisa menaikkan angka timbangannya.
Ternyata ada kelainan tertentu yang memang menyebabkan berat badan susah bertambah.
Lisa Brown (32) dari Milwaukee AS mulai mengalami penurunan berat badan di musim panas tahun 2011.
Suaminya, Patrick Brown (31) yang saat itu baru setahun menikah dengan Lisa tak terlalu peduli, sampai penurunan berat badan itu tak juga berhenti.
Lisa mulai sering muntah setiap hari dan tidak bisa berjalan karena sakit perut hebat. Dokter kemudian meresepkan obat-obatan untuk asam reflux, tapi obat itu tak membantu.
Karena kondisi tubuhnya yang sangat kurus dan kulitnya yang kendur, Lisa sering diberi saran-saran untuk menggemukkan badan oleh orang asing yang bertemunya di jalan.
Misalnya saja ia disarankan untuk sering-sering makan burger.
"Pada awalnya saya marah dan membela diri. Orang memang sering mengatakan hal yang jahat, tapi saya yang tahu kondisi sebenarnya," kata Lisa.
Di bulan Desember 2013 Lisa akhirnya terdiagnosis menderita superior mesentric artery syndrome (SMA syndrome).
Ini adalah gangguan sistem pencernaan langka dimana bagian dari sistem pencernaannya terhimpit sehinga makanan tidak bisa masuk.
Meski pun operasi sempat membuatnya merasa lebih baik selama beberapa bulan, tapi kondisi kesehatannya memburuk lagi.
Di bulan Mei, berat badan Lisa hanya 40 kilogram dari bobotnya semula 63,5 kilogram.
Suaminya lalu membawanya ke Cleveland Clinic. Hasil pemeriksaan menunjukkan ia menderita gastroparesis. Kondisi ini membuat lambungnya tidak bisa mengosongkan makanan dengan sempurna.
"Lambungnya tidak bekerja dengan baik. Saat ini kami sedang berusaha mencari terapi yang terbaik untuk Lisa," kata Dr.Matthew Kroh, direktur bedah endoskopi yang menanganinya.
Lisa yang kini berat badannya sudah mencapai 42 kilogram, masih melanjutkan pengobatannya di Cleveland Clinic dan menunggu tindakan selanjutnya dari dokter.
Ia juga masih memakai alat khusus untuk memasukkan makanan ke perutnya 20 jam sehari.
Ia pun menaruh harapan besar pada pengobatannya.
"Saat saya memikirkan masa depan, saya tahu saya bukan orang yang sama lagi, tapi saya bisa menerimanya. Pengalaman ini membuat saya lebih rendah hati," ujarnya.
Ternyata ada kelainan tertentu yang memang menyebabkan berat badan susah bertambah.
Lisa Brown (32) dari Milwaukee AS mulai mengalami penurunan berat badan di musim panas tahun 2011.
Suaminya, Patrick Brown (31) yang saat itu baru setahun menikah dengan Lisa tak terlalu peduli, sampai penurunan berat badan itu tak juga berhenti.
Lisa mulai sering muntah setiap hari dan tidak bisa berjalan karena sakit perut hebat. Dokter kemudian meresepkan obat-obatan untuk asam reflux, tapi obat itu tak membantu.
Karena kondisi tubuhnya yang sangat kurus dan kulitnya yang kendur, Lisa sering diberi saran-saran untuk menggemukkan badan oleh orang asing yang bertemunya di jalan.
Misalnya saja ia disarankan untuk sering-sering makan burger.
"Pada awalnya saya marah dan membela diri. Orang memang sering mengatakan hal yang jahat, tapi saya yang tahu kondisi sebenarnya," kata Lisa.
Di bulan Desember 2013 Lisa akhirnya terdiagnosis menderita superior mesentric artery syndrome (SMA syndrome).
Ini adalah gangguan sistem pencernaan langka dimana bagian dari sistem pencernaannya terhimpit sehinga makanan tidak bisa masuk.
Meski pun operasi sempat membuatnya merasa lebih baik selama beberapa bulan, tapi kondisi kesehatannya memburuk lagi.
Di bulan Mei, berat badan Lisa hanya 40 kilogram dari bobotnya semula 63,5 kilogram.
Suaminya lalu membawanya ke Cleveland Clinic. Hasil pemeriksaan menunjukkan ia menderita gastroparesis. Kondisi ini membuat lambungnya tidak bisa mengosongkan makanan dengan sempurna.
"Lambungnya tidak bekerja dengan baik. Saat ini kami sedang berusaha mencari terapi yang terbaik untuk Lisa," kata Dr.Matthew Kroh, direktur bedah endoskopi yang menanganinya.
Lisa yang kini berat badannya sudah mencapai 42 kilogram, masih melanjutkan pengobatannya di Cleveland Clinic dan menunggu tindakan selanjutnya dari dokter.
Ia juga masih memakai alat khusus untuk memasukkan makanan ke perutnya 20 jam sehari.
Ia pun menaruh harapan besar pada pengobatannya.
"Saat saya memikirkan masa depan, saya tahu saya bukan orang yang sama lagi, tapi saya bisa menerimanya. Pengalaman ini membuat saya lebih rendah hati," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment